Masjid Nabawi, Madinah.
*****
UWAIS AL QARNI
Di
Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak,
tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat
berbakti kepada Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais
senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan
yang sulit ia kabulkan.
"Anakku,
mungkin Ibu tak lama lagi hidup bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat
mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah
sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya
menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan
tak memiliki kenderaan.
Tak
pernah ada hari yang terlewat, ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari
anak lembu itu makin besar dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi
kerana latihan setiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi
beratnya.
Setelah
8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg,
begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar dan kuat. Ia menjadi gagah
mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang kampung apa maksud Uwais
menggendong lembu setiap hari. Ternyata ianya satu latihan untuk menggendong
Ibunya.
Lalu
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah,
alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan
sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais
berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan
bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak
itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibuku," kata Uwais.
"Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab,
"Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah redha
dari Ibu yang akan membawa aku ke Surga."
Subhanallah,
itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan
karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya
tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan
disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi
Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau
berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan
"Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul.
Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan
di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia
minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."
"Sesungguhnya
Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan
meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci
padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta
(menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)
CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QARNI
Pemuda
bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang
terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak
yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah
tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak
lagi mempunyai sanak family sama sekali.
Dalam
kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan
menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya
cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan
untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia
dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais
Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat
beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia
selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais
Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah
bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan
Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat
cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga
di dengar oleh Uwais Al-Qarni.
Segera
Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai
ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah
bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk
menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia
dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu
mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi
bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula
lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian?
Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu
memandang wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya,
kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya
lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan
mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di
Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika
mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya
berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila
telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa
gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas
untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan
ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya
selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais
Al-Qarni menuju Madinah.
Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah
Setelah
menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah.
Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi,
diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya
membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya.
Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan
pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri
Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa
langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam
hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari
medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di
telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat
pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya,
karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan
kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak
mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk
segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw.
Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan
perasaan amat haru.
Peperangan
telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw
menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan
bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit.
Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut
keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera
pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia
tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan
keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para
sahabatnya. “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai
tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah
itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika
apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah
penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu
terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah
digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan
sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra.
Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan
Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya
apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari?
Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?
Rombongan
kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun
tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari
Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan
apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan
bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di
perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera
pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya
di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi
rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais
menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi
saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan,
Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan
kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah
dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan
Uwais Al-Qarni.
Wajah
Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu
adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan
dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan,
“Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?”
Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.
Dalam
pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal
dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang
saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a
dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya
lah yang harus meminta do'a pada kalian.”
Mendengar
perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan
istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya.
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan,
berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk
menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya.
Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja
hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir
ini tidak diketahui orang lagi.”
Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa
tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia
akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk
memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana
pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula
ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju
ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya
Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi
hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal
berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni
adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai
ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada
orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk
kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya
engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang
fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai
penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan
penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami
kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah
para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamanmu.”
Berita
meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya
telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya,
siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui
siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri
kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di
hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw,
bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
Sumber:
"Cerita ini diambil dari buku '20 Kisah Sahabat dan Thabiin' terbitan
Qibla karangan Ummuthoriq el Khanzo."
Subhanallah!...
MJ MediaJerteh
No comments:
Post a Comment